Pengantar Perkuliahan Landasan Pendidikan

Landasan Pendidikan

Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.

Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang,
pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan
kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan

Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa
pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa
kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).

Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

2. Jenis-jenis Landasan Pendidikan

Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber
perolehannya kita dapat mengidentifikasi jenis landasan pendidikan
menjadi:
Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Tergolong ke dalam landasan ilmiah pendidikan antara lain:
landasan psikologis pendidikan,
 landasan sosiologis pendidikan,
landasan antropologis pendidikan,
landasan historis pendidikan, dsb.
Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula sebagai landasan empiris pendidikan atau landasan faktual pendidikan.
d. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

3. Fungsi Landasan Pendidikan

Misi utama mata kuliah landasan-landasan pendidikan dalam pendidikan tenaga kependidikan tidak tertuju kepada pengembangan aspek keterampilan khusus mengenai pendidikan sesuai spesialisasi jurusan atau program pendidikan, melainkan tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang tenaga kependidikan akan berfungsi memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

PENDIDIKAN
(Pengertian Pendidikan berdasarkan Lingkupnya dan berdasarkan Pendekatan Monodisipliner)

Berdasarkan lingkupnya, pendidikan dapat diartikan secara luas dan sempit.
Pendidikan dalam Arti Luas: Dalam arti luas, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu.

Dalam arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup individu,
tidak ditentukan oleh orang lain,
Pendidikan berlangsung kapan pun, artinya berlangsung sepanjang hayat  (life long education).
Karena itu pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya, sesama manusia, alam, bahkan dengan dirinya sendiri. Dalam hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.Pendidikan berlangsung bagi siapa pun. Setiap individu –anak-anak atau pun orang dewasa, siswa/mahasiswa atau pun bukan siswa/mahasiswa –di didik atau mendidik diri. Pendidikan berlangsung dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada schooling saja. Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di dalam lingkungan alam dimana individu berada.Pendidik bagi individu tidak terbatas pada pendidik profesional.

B. Pendidikan dalam Arti Sempit
pendidikan dalam prakteknya identik dengan persekolahan (schooling), yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol.
karakteristik sebagai berikut: Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik. Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan pendidikan suatu kegiatan pembelajaran di sekolah tidak dirumuskan dan ditetapkan oleh para siswanya. Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi, mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam satuan waktu. Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram dan bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Pengertian Pendidikan berdasarkan pendekatan Monodisipliner

Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda. Berdasarkan hasil studi terhadap objek formalnya masing-masing, setiap disiplin ilmu menghasilkan perbedaan pula mengenai konsep atau definisi yang identik dengan pendidikan.
Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan identik dengan sosialisasi (socialization).
Berdasarkan pendekatan antropologi, pendidikan identik dengan enkulturasi
(enculturation).
Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan identik dengan penanaman modal pada diri manusia (human investment).
Berdasarkan pendekatan politik, pendidikan identik dengan civilisasi (civilization).
Berdasarkan pendekatan psikologis, pendidikan identik dengan personalisasi atau individualisasi (personalization atau individualization).
Berdasarkan pendekatan biologi, pendidikan identik dengan adaptasi (adaptation).

PENDIDIKAN
(Pengertian Pendidikan Menurut Pendekatan Sistem)

Pendekatan sistem merupakan aplikasi pandangan sistem (system view or system thinking) dalam upaya memahami sesuatu atau memecahkan suatu permasalahan. Apabila kita mengaplikasikan pendekatan sistem dalam mempelajari pendidikan, maka dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terpadu dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Ditinjau dari asal-usul kejadiannya, pendidikan tergolong ke dalam jenis sistem buatan manusia (a man made system);
Ditinjau dari wujudnya, tergolong ke dalam jenis sistem sosial; sedangkan
Ditinjau dari segi hubungan dengan lingkungannya, tergolong ke dalam jenis sistem terbuka. Pendidikan (sistem pendidikan) berada dalam suatu suprasistem, yaitu masyarakat.

Selain sistem pendidikan, di dalam masyarakat terdapat pula berbagai sistem lainnya seperti: sistem ekonomi, sistem politik, sistem petahanan dan keamanan, dll. Karena sistem pendidikan merupakan sistem terbuka, maka sistem pendidikan mengambil masukan (input) dari masyarakat dan memberikan hasilnya/luaran (out put) kepada masyarakat.

Sistem pendidikan memiliki ketergantungan kepada sistem-sistem lainnya, dan terdapat saling hubungan atau saling pengaruh antar sistem pendidikan dengan sistem-sistem lainnya yang ada di dalam masyarakat.
Ada tiga jenis sumber utama input dari masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu:
1.Ilmu pengetahuan, tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
2.Penduduk serta tenaga kerja yang tersedia.
3.Ekonomi atau penghasilan masyarakat
 Philiph H. Coombs

Terhadap ketiga sumber utama input sistem pendidikan tersebut, dilakukan seleksi berdasarkan tujuan, kebutuhan, efisiensi dan relevansinya bagi pendidikan. Selain itu, seleksi dilakukan pula atas dasar nilai dan norma tertentu dengan alasan bahwa pendidikan bersifat normatif. Hasil seleksi tersebut selanjutnya diambil atau diterima sebagai input sistem pendidikan

Input sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1.Input mentah (raw input), yaitu peserta didik.
2.Input alat (instrumental input)seperti: kurikulum, pendidik, dll.
3.Input lingkungan (environmental input)seperti: keadaan cuaca,
situasi keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan.

Berbagai jenis input pendidikan terseleksi sebagaimana dikemukakan di atas, selanjutnya akan membentuk komponen-komponen pendidikan atau berbagai sub sistem pendidikan. Dalam hal ini dilakukan diferensiasi sehingga setiap komponen memiliki fungsi-fungsi khusus. Namun demikian, karena pendidikan adalah suatu sistem, maka pelaksanaan fungsi setiap komponen pendidikan secara keseluruhan diarahkan demi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

12 komponen sistem pendidikan
 
1. Tujuan dan prioritas. Fungsinya adalah memberikan arah kegiatan sistem.
2. Peserta didik (siswa). Fungsinya adalah belajar hingga mencapai tujuan pendidikan.
3. Pengelolaan. Fungsinya adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem.
4. Struktur dan jadwal. Fungsinya adalah mengatur waktu dan mengelompokan peserta didik berdasarkan tujuan tertentu.
5. Isi atau kurikulum. Fungsinya adalah sebagai bahan yang harus dipelajari peserta didik.
6. Pendidik (guru). Fungsinya adalah menyediakan bahan, menciptakan kondisi belajar dan menyelenggarakan pendidikan.
7. Alat bantu belajar. Fungsinya memungkinkan proses pembelajaran sehingga menarik, lengkap, bervariasi, dan mudah.
8. Fasilitas. fungsinya sebagai tempat terselenggaranya pendidikan.
9. Pengawasan mutu. Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan (peraturan penerimaan peserta didik, pemberian nilai ujian, kriteria baku.
10. Teknologi. Fungsinya mempermudah atau memperlancar pendidikan.
11. Penelitian. Fungsinya mengembangkan pengetahuan, penampilan sistem dan hasil kerja sistem.
12. Biaya (ongkos pendidikan) Merupakan satuan biaya untuk memperlancar proses pendidikan. Fungsinya sebagai petunjuk tingkat efisiensi sistem.

Dalam sistem pendidikan terjadi proses transformasi, hakikatnya adalah proses mengubah raw input (peserta didik) agar menjadi out put (manusia terdidiksesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan). Dalam hal ini semua komponen pendidikan idealnya melaksanakan fungsinya masing-masing dan berinteraksi satu sama lain yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Adapun out putnya diperuntukan bagi masyarakat atau sistem-sistem lain yang ada di dalam supra sistem. Sebagaimana dikemukakan terdahulu, di dalam sistem pendidikan terdapat komponen pengawasan mutu (kontrol kualitas).
Pelaksanaan fungsinya antara lain akan menghasilkan feedback yang digunakan untuk melakukan koreksi atau perbaikan dalam proses transformasi berikutnya. Sehingga dengan demikian diharapkan sistem pendidikan tersebut mampu mengatasi entropi atau mampu mempertahankan eksistensi dan meningkatkan prestasinya.

PENDIDIKAN
(Pendidikan Menurut Pendekatan Fenomenologis:
Landasan Pedagogik)
Berdasarkan sudut pandang pedagogik  dapat disimpulkan bahwa pendidikan atau mendidik adalah suatu upaya orang dewasa yang dilakukan secara sengaja untuk membantu anak atau orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau orang yang belum dewasa dalam suatu lingkungan. Karena pendidikan itu diupayakan secara sengaja, maka dalam hal ini pendidik tentunya telah memiliki tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidik memilih isi pendidikan tertentu dan menggunakan alat pendidikan tertentu pula
M.J. Langeveld (1980

6 (enam) unsur yang terlibat dalam pendidikan atau pergaulan pendidikan, yaitu:
(1) tujuan pendidikan,
(2) pendidik,
(3) anak didik,
(4) isi pendidikan,
(5) alat pendidikan,
(6) lingkungan pendidikan
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau orang yang belum dewasa, namun belum tentu setiap pergaulan demikian tergolong pendidikan.
Agar pergaulan tersebut tergolong pendidikan, ada dua sifat yang harus dipenuhi,
yaitu:
(1) Adanya pengaruh dari orang dewasa yang dilakukan secara sengaja terhadap anak didik atau orang yang belum dewasa; dan
(2) Pengaruh itu bertujuan agar anak atau oarng yang belum dewasa mencapai kedewasaan.

 Ada dua sifat yang harus diperhatikan dalam pergaulan pendidikan,
yaitu :
 (1) wajar = Pengubahan situasi pergaulan biasa menjadi pergaulan pendidikan hendaknya bersifat wajar agar peserta didik relatif tidak merasakan perubahan tersebut.
 (2) tegas = Dalam pergaulan pendidikan harus tegas (jelas) tentang apa yang
baik dan tidak baik, benar atau salah, dsb.
        Dengan demikian, pengaruh pendidik akan diterima peserta didiksecara wajar pula. Jika tidak demikian ada kemungkinan peserta didik akan menghindar atau menutup diri.


Pergaulan pendidikan harus didasarkan atas kewibawaan, yaitu suatu kekuatan atau kelebihan pendidik yang diakui dan diterima oleh anak didik sehingga ia atas dasar kebebasannya menuruti pengaruh pendidik.
Faktor penentu kewibawaan pendidik adalah:
Kasih sayang pendidik terhadap anak didik atau orang yang belum dewasa,
kepercayaan pendidik bahwa anak didiknya/ orang yang belum
dewasa akan mampu mencapai kedewasaan,
3. kedewasaan pendidik,
4. Identifikasi terhadap anak didik, dan
5. tanggung jawab pendidikan

Di pihak lain factor penentu kepenurutan anak didik terhadap pendidik adalah:
(1) kemampuan anak/orang yang belum dewasa dalam memahami bahasa,
(2) kepercayaan anak didik/orang yang belum dewasa kepada pendidik,
(3) identifikasi,
(4) imitasi,
(5) simpati dan kebebasan anak didik dalam menentukan sikap, tindakan dan masa depannya.
Kewibawaan adalah syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi pendidikan. Alasannya, jika pergaulan pendidikan tidak didasarkan atas kewibawaan, maka:
Pengaruh pendidik akan dituruti oleh anak didik/orang yang belum dewasa hanya atas dasar “pengaruh keterikatannya kepada pendidiknya”. Karena itu anak didik/orang yang belum dewasa tidak akan pernah mencapai kedewasaan, ia akan tetap tak terdidik.

Kepenurutan anak didik/orang yang belum dewasa kepada pendidik akan terjadi berkat pemahaman anak atas pengalamannya sendiri, jika demikian halnya berarti ia sudah mandiri (dewasa), dan ini bertentangan dengan keadaan yang sesungguhnya sebagai orang yang belum dewasa yang sesungguhnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa:
Pendidikan dimulai (batas bawah pendidikan) sejak anak/orang dewasa mengenal kewibawaan, adapun anak mampu mengenal Kewibawaan adalah ketika ia mampu memahami bahasa. Sedangkan batas atas atau akhir pendidikan adalah saat tercapainya tujuan pendidikan, yaitu kedewasaan.Tanggung jawab pada awalnya berada pada pendidik, tetapi seiring perkembangan kedewasaan anak didik/orang yang belum dewasa, tanggung jawab itu dialihkan atau diambil alih oleh anak didik/orang yang belum dewasa hingga ia bertanggung jawab (dewasa). Bahwa kewibawaan itu bersifat bipolaritet.

Bipolaritet kewibawaan
Kewibawaan bersifat bipolaritet atau berada pada ketegangan polair (M.J. Langeveld, 1980:61). Maksudnya, di satu pihak pendidik menuntut kepenurutan dari anak didik, di pihak lain pendidik mengakui bahwa anak didik harus mampu berdiri sendiri. Namun demikianlah ini adalah wajar adanya, dan dapat diselesaikan dengan syarat bahwa pendidikan itu dilaksanakan melalui pergaulan antara pendidik dengan anak didik yang berlangsung dalam hubungan kewibawaan.


PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

A. TUJUAN

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat memahami ilmu pendidikan, praktek pendidikan sebagai aplikasi ilmu pendidikan, dan pendidikan sebagai seni.

B. DESKRIPSI MATERI

Studi ilmiah antara lain telah menghasilkan ilmu pendidikan. Orang dapat menjadi pendidik (khususnya pendidik profesional) dengan mempelajari ilmu pendidikan. Dalam praktek pendidikan diaplikasikan ilmu pendidikan, tetapi praktek pendidikan juga adalah seni.
Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu.

a. Definisi
Istilah ilmu berasal dari kata alima (bahasa Arab) yang berarti pengetahuan.
Di dalam bahasa Latin dikenal pula kata scire yang juga berarti pengetahuan.
Ada berbagai jenis pengetahuan, jenis pengetahuan dikelompokan orang menjadi:
revealed knowledge,
intuitif knowledge,
rational knowledge,
empirical knowledge, dan
     5.   authoritative knowledge;
Di pihak lain ada juga yang mengelompokan jenis pengetahuan menjadi:
commonsense
knowledge,
scientific
knowledge,
philosophical knowledge dan
           religious knowledge

Secara etimologis ilmu adalah pengetahuan, karena itu semua pengetahuan tersebut di atas adalah ilmu.
Secara substansial dan operasional ilmu menunjuk kepada tiga hal,
yaitu:
(1) bodies of knowledge,
(2) a body of systematic knowledge, dan
(3) scientific method.
Ilmu mengandung arti cara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah.
B. karakteristik  ilmu
 
a. Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia.
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal. Beberapa disiplin ilmu mungkin memiliki objek material yang sama, tetapi setiap disiplin ilmu mempunyai objek formal yang berbeda. Objek studi setiap disiplin ilmu bersifat spesifik.
b. Metode ilmiah adalah prosedur pemecahan masalah yang cermat dan terencana.
Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dan empiris. Kerangka studinya merupakan proses logico-hypotetico-verifikasi, atau menggunakan kerangka berpikir deduktif-induktif (scientific method). Namun demikian, metode ilmiah dapat bersifat kuantitatif dan atau kualitatif.

C. ISI ILMU DAPAT BERUPA KONSEP, AKSIOMA, POSTULAT, PRINSIP, HUKUM, TEORI, DAN MODELDalam hal ini isi ilmu bersifat objektif, deskriptif, dan disajikan secara rinci dan sistematis.

d. Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksikan, dan mengotrol.
          Berbagai jenis ilmu antara lain diklasifikasikan orang ke dalam:
natural sciences (naturwissenschaften), dan human sciences (geisteswissenschaften).
Klasifikasi lain adalah: natural sciences, social sciences, behavioral sciences, dan formal sciences. Ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi: ilmu murni dan ilmu terapan.

Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan.
Ilmu penididkan adalah sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.

Metode: Ilmu pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif. Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek penelitiannya.
 
Isi Ilmu Pendidikan: Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum, teori, dan model. Dalam hal ini ilmu pendidikan bersifat objektif, deskriptif, preskriptif (normatif),yang disajikan secara rinci dan sistematis. Ilmu pada umumnya bersifat deskriptif, tetapi ilmu pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif, melainkan juga preskriptif/normatif.
karakteristik ilmu   Objek Studi: Objek material ilmu pendidikan adalah manusia (manusia sebagai makhluk Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan dan hewan); sedangkan objek formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain yang berhubungan dengan kegiatan mendidik.
Fungsi ilmu pendidikan: menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.

Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu.
Sekalipun demikian,   sebagai ilmu yang bersifat otonom ilmu pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-ilmu lain merupakan “tamu”nya.
                                      M.J. Langeveld (1980)
Klasifikasi ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik)
 a. Ilmu Mendidik Teoritis, yang meliputi:
1) Ilmu Mendidik Sistematis.
2) Sejarah Pendidikan.
3) Ilmu Perbandingan Pendidikan.
b. Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:
1) Didaktik/Metodik.
2) Pendidikan dalam Keluarga.
3) Pendidikan Gereja (Lembaga Keagamaan).
                          M.J. Langeveld

Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai berikut:
a. Ilmu Pendidikan Makro:
1) Ilmu Pendidikan administratif.
2) Ilmu Pendidikan Komparatif.
3) Ilmu Pendidikan Historis.
4) Ilmu Pendidikan Kependudukan.
b. Ilmu Pendidikan Mikro:
1) Ilmu Mendidik Umum yang meliputi:
a) Pedagogik Teoritis.
b) Ilmu Pendidikan Psikologis.
c) Ilmu Pendidikan Sosiologis.
d) Ilmu Pendidikan Antropologis.
e) Ilmu Pendidikan Ekonomik.
2) Ilmu Mendidik Khusus:
a)Ilmu Persekolahan.
b) Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
c)Ilmu Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.

Pendidikan (Mendidik) sebagai Seni
Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasanya bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaan dan nilai yang sebenarnya diluar daerah ilmu(ilmu yang
berparadigma positivisme).
Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga,
atau menulis surat untuk sahabat.
Sedangkan menurut Gallagher (1970) seni mendidik itu merupakan:
(1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki beberapa orang; dan
(2) mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan
keterampilan itu. 

Praktek pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsi mendidik yang utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik.

Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni.

Materi ajar Pak Dadang danugiri, S.Pd., M.Pd.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara melakukan pembayaran Uang Kuliah Tunggal Mahasiswa UNSIKA terbaru

Cara Membayar UKT di UNSIKA

New Blog